Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani, menyebut, masih ada instansi pemerintah yang menyalurkan bantuan sembako rendah gizi untuk menekan prevalensi stunting. Tanpa memerinci institusi tersebut, ia menyampaikan, kebijakan itu tidak efektif.
"Stunting adalah persoalan bangsa yang penyelesaiannya membutuhkan kerja serius dan sungguh-sungguh. Tidak bisa diselesaikan instan dengan bagi-bagi sembako, apalagi jika isinya makanan minim gizi," katanya dalam keterangannya.
"Kurang relevan dan agak aneh jika masih ada unsur pemerintah yang memberikan bantuan guna pencegahan stunting dalam bentuk makanan minim gizi, seperti mi instan, susu kental manis, atau makanan kemasan lainnya yang rendah gizi," imbuhnya.
Netty berpendapat, penanganan stunting harus dilakukan dari hulu. Misalnya, edukasi pola hidup sehat dan dukungan fasilitas bagi calon pengantin dan ibu hamil, seperti air bersih, jamban sehat, makanan berprotein tinggi serta lingkungan bebas asap rokok.
"Ini adalah program yang harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan guna memastikan zero new stunting," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Kemudian, perlu dukungan penuh dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Utamanya dalam menurunkan angka stunting pada bayi di bawah 2 tahun.
"Bayi stunting tidak cukup diberi makanan bergizi saja, tapi perlu perawatan khusus, antara lain, dengan pemberian pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK) dan pangan olahan untuk diet khusus (PDK), yang seharusnya disediakan dan didistribusi oleh pemerintah melalui puskesmas," tuturnya.
Karenanya, Netty menilai, pembagian sembako cuma memboroskan anggaran negara. "Hanya buang-buang anggaran dan justru tidak baik untuk kesehatan masyarakat."
"Cegah pelaksanaan program yang tidak tepat sasaran seperti ini. Berikan edukasi ke para pemangku kepentingan dan masyarakat di daerah tentang program apa yang sesuai untuk mencegah dan menurunkan angka stunting," sambungnya.